Minggu, 23 April 2017

Alasan Sopir Razia Berdarah Ngebut Saat Dihentikan Polisi Terkuak...

092447000_1492607831-IMG-20170419-WA0015

Enam penumpang mobil Honda City hitam bernopol BG 1488 ON menjadi korban insiden razia berdarah yang digelar tim gabungan dari Polres dan Polsek Lubuk Linggau. Hal itu terjadi setelah sang sopir memilih tancap gas saat diminta polisi berhenti.
Menurut Wawan, suami salah satu korban selamat razia berdarah Novianti (30), sopir mobil bernama Diki itu memang berusaha kabur dari kejaran polisi karena merasa takut tertangkap razia yang digelar di Jalan Patmawati, Lingkar Timur, Lubuk Linggau.
Mengutip istrinya, kata Wawan, Diki mengaku kepada korban lainnya jika ia tidak mempunyai Surat Izin Mengemudi (SIM). Ditambah mobil yang dibawanya tersebut mati pajak.
Novianti sempat meminta Diki menghentikan kendaraannya saat dikejar polisi. Novianti takut ditembak setelah mendengar suara tembakan peringatan sebanyak tiga kali di belakang mobilnya.
“Istri saya takut ditembak, tapi Diki bilang tidak mungkin ditembak. Makanya dia terus ngebut,” ucap Wawan.
Diki bukanlah bagian keluarga besar Novianti ataupun Wawan. Karena kedekatan yang sudah terjalin lama, mereka menganggap Diki sebagai bagian keluarga.
Meski dia mengakui kelalaian Diki, Wawan berharap polisi yang menembak keluarganya hingga mengakibatkan ibu mertuanya meninggal dan anggota keluarga lainnya terluka tersebut dihukum dan tidak dibebaskan.
Wawan menyesalkan tindakan anggota Polres Lubuk Linggau yang menghujani keluarganya dengan tembakan berkali-kali dalam operasi razia itu.
“Anak saya sudah cacat, istri saya mengalami trauma hebat. Saya mau polisi yang menembak keluarga saya harus bertanggung jawab,” ucap Wawan.